Minggu, 30 November 2008

Industri Kosmetik Berpeluang Dapat Insentif

Minggu, 25 Maret 07 - Industri kosmetik berpeluang mendapatkan insentif melalui pengembangan teknologi proses produksi terbaru, mengingat industri tersebut penerapan teknologinya berkembang pesat. "Mereka (industri kosmetik) punya kesempatan memperoleh insentif melalui penerapan teknologi baru," kata Menperin Fahmi Idris usai meresmikan pabrik pengemasan dan logistik PT Mandom Tbk, di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat (Jabar), Jumat.
***
Ia mengatakan peluang insentif terutama berupa pajak sangat besar pada industri tersebut apabila Undang-Undang Penanaman Modal kelak disahkan dalam waktu dekat ini. Pada Undang-Undang Penanaman Modal tersebut industri yang menerapkan teknologi baru dalam proses produksinya akan mendapat insentif. Namun, lanjut Fahmi, insentif yang akan diberikan akan disusun lebih lanjut. "Kalau mereka bisa membuktikan bahwa mereka menerapkan teknologi proses produksi terbaru, mereka bisa dapat insentif," katanya.
***
Lebih jauh Fahmi mengatakan industri kosmetik memiliki peluang pasar yang besar di dalam negeri seiring dengan membaiknya perekonomian dan menguatnya daya beli masyarakat golongan menengah ke atas. "Industri ini (kosmetik) prospeknya dari waktu ke wakti terus membaik," katanya. Fahmi merujuk pada peningkatan penjualan PT Mandom Indonesia Tbk sebesar 5,2% di tengah daya beli yang turun tahun 2006 yang berarti naiknya daya beli kalangan menengah ke atas mengingat kosmetik merupakan kebutuhan sekunder. Diakuinya saat ini banyak perusahaan kosmetik multinasional yang masuk ke Indonesia baik berupa investasi langsung membangun pabrik maupun pemasaran, karena produk kosmetik asing dianggap kualitasnya lebih baik dibanding lokal. "Padahal tidak juga (lebih baik dibanding kosmetik lokal).
***
Banyak produk kosmetik dalam negeri yang berkembang cukup baik seperti yang dimiliki Martha Tilaar (Sari Ayu), Moeryati Soedibyo (Mustika Ratu), dan Viva. Tapi mereka kebanyakan untuk kosmetika wanita, sedang kosmetika laki-laki banyak dari luar," katanya. Fahmi mengakui industri kosmetika asing terutama dari negara maju seperti AS, Jepang, dan negara di kawasan Uni Eropa, memiliki keunggulan teknologi proses dan mampu memenuhi standar Internasional Food and Drug Agency (FDA). Oleh karena itu, kata dia,pemerintah secara intensif melakukan pelatihan bagi karyawan dari 130 perusahaan kosmetik khususnya skala menengah ke bawah melalui program Cara Produksi Kosmetik Yang Baik (CPKB).
***
Sejauh ini, industri kosmetik belum menjadi prioritas pengembangan Deperin. Angka ekspor produk kosmetik di Indonesia baru mencapai US$59 juta pada 2005 naik perlahan sejak 2001 yang ekspornya mencapai US$41 juta. Fahmi mengatakan saat ini masalah yang dihadapi industri kosmetik yang ada di dalam negeri adalah ketergantungan bahan baku impor yang masih tinggi dan persaingan ketat dengan produk kosmetik impor dari negara lain. Menurutnya sejumlah negara yang industri kosmetiknya berkembang pesat dan menjadi pesaing kuat di pasar Indonesia maupun ekspor adalah Thailand, Malaysia, Filipina, Cina, Jepang, AS, Italia, Inggris, dan Perancis.Copied/26/3/2007/KL.Com
Sumber :Website Dinas Perindustrian & Perdagangan Jawa Barat